Rabu, 31 Desember 2008

TANAMAN TAHUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis Giuneensis Jack)

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas pertanian yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi Negara setelah karet dan kopi. Maka dari itu kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk membantu kita memahami lebih dalam tentang budidaya kelapa sawit.

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah cakupan ilmu dan pemahaman tentang budidaya dan pengolahan kelapa sawit yang disajikan secara ilmiah kepada mahasiswa sendiri, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Mengenal kelapa Sawit
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia).
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi.
Minyak nabati yang dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun, baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan baker alternatife (minyak diesel).

B. persiapan Lahan
sebelum memutuskan membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit, perlu diketahui dulu kesesuaian lahannya. Kriteria kesesuaian lahan erat kaitanya dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.
1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
a. Curah Hujan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah diatas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari 5.000 mm per tahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik.

b. Penyinaran Matahari
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyokai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang.

c. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit

2. Teknik Pembukaan Lahan
a. Cara Mekanis
Pemnukaan lahan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor. Mula-mula,tunggul-tunggul kayu ditunmbangkan dengan buldoser dan didorong sampai tepi jurang. Tujuan penempatan pohon ditepi jurang untuk menghalangi mengalirnya topsoil (tanah bagian atas) kedalam jurang jika terjadi hujan. Setelah itu, tanah yang datar dicangkul dengan traktor. Lahan yang kemirigannya lebih dari 18% tidak ditraktor karena dikhawatirkan terjadi erosi ketika hujan atau traktornya bisa terguling. Pencangkulan dilakukan sebanyak 6 kali dengan arah ke-utara, timur, timur tenggara, barat daya, selatan, barat. Masing-masing pencangkulan dilakukan 2 kali dengan arah sebaliknya. Setiap langkah pencangkulan dilakukan dengan jarak waktu 3 minggu pada musim kemarau (dimulai bulan Maret dan harus sudah selesai bulan Agustus). Pencangkulan pada musim hujan tidak bermanfaat karena alang-alang dan gulma tidak mati.



b. Cara Kimia
Persiapan lahan dengan bahan kimia dilakukan pada areal lahan berupa padang ilalang atau lahan-lahan yang kemiringannya lebih dari 18%. Penyemprotan bahan kimia dilakukan pada musim kemarau. Bahan kimia yang dipakai adalah bahan yang bersifat sistemik, seperti Bustofan, Dowpon, dan Dalapon. Bahan kimia yang berbentuk padat dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,12-0,15%. Sementara itu, bahan kimia yang berbentuk cair (Round Up) dicampur air dengan konsentrasi 0,12%. Penyemprotan bahan kimia dilakukan 3 kali. Setiap penyemprotan berjarak 3 minggu. Dengan 3 kali penyemprotan diharapkan semua rizoma (akar tinggal) alang-alang akan mati. Pemakaian larutan sistemik dilakukan dengan dosis sekitar1.500 liter per hektar.

3. Pemasangan Ajir
Ajir adalah kayu atau bambu yang ditancapkan ditempat-tempat yang akan ditanami tanaman kelapa sawit. Ajir ini sebagai tanda bagi kontraktor atau buruh untuk membuat lobang tanam. Jarak tanam yang dipakai 9 x 9 x 9 meter dengan pola segitiga sama sisi sehingga dalam satu hektar ada 142 tanaman. Barisan dibuat dari arah utara ke selatan, kecuali dilereng-lereng garis dan puncak-puncak gunung yang curam dibuat searah kontur. Pemasangan ajir ini tidak mudah karena selainmemperhatikan kelurusan barisan tanaman, juga serongannya. Pemsangan ajir disisi timur atau barat sebagai patokannya.

4. Menanam Tanaman Penutup Tanah (Cover crop)
Penanaman tanaman penutup tanah, baik yang dilakukan sebelum maupun sesudah bibit ditanam, merupakan usaha yang sangat dianjurkan di perkebunan kelapa sawit. Jenis tanaman penutup tanah biasanya dipilih dari jenis kacang-kacangan (legume). Tanaman penutup tanah bermanfaat sebagai penghindar tanah dari bahaya erosi, guguran daun dan bintil akarnya bisa memberi tambahan unsur Nitrogen (N) pada tanah dan sebagai bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan alang-alang dan gulma lain, dapat menghisap banyak air agar pada lokasi rendah tanahnya kering.



C. Pembibitan dan Penanaman
1. Proses Pembibitan
Benih kelapa sawit memiliki kulit yang tebal. Karena itu, perlu persiapan yang lama untuk mengecambahkannya. Setelah buah yang masak dipanen, tandan buah dipendam (fermentasi I) selama 3 hari supaya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lagi selama 3 hari (fermentasi II).
Selama fermentasi I dan II, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah daging dalam sabut membusuk, bijinya dipisahkan dari daging buah dan serat. Setelah terpisah, biji dikeringkan dan disimpan selama 2 bulan untuk mematahkan dormansi. Setelah itu, biji dikecambahkan. Biji kelapa sawit akan berkecambah selama 2-3 bulan.

2. Proses Penanaman di Lapangan
Penanaman kelapa sawit di lapangan sangat penting, karena akan menentukan produksi dan kelangsungan hidup tanaman. Penanaman di lapangan dilkukan setelah bibit berumur 12 tahun. Dengan tahapan yaitu pembatan lubang tanam, pempukan dasar, dan terakhir penanaman bibit kelapa sawit yang dilakukan pada bulan Oktober dan sudah harus selesai pada akhir bulan Februari. Pada bulan Oktober, hujan sudah mulai turun sehingga tanaman tidak kekurangan air. Sementara itu, pada bulan Februari juga masih ada hujan.

D. Pemeliharaan
1. Pengandalian Gulma
Gulam dikelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Alasannya, gulma akan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit.
2. Kastari (Cuci Bunga)
Kastari merupakan istilah di perkebunan kelapa sawit yang artinya membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa sawit muda atau TMB (tanaman belum menghasilkan). Secara fisiologis, kastari menguntungkan karena semua hasil fotosintesis akan terslurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang pohon kelapa sawit tetap tegap dan sehat. Alat kastari berupa besi penjepit yang diberi tangkai. Caranya, bunga dijepit, lalu ditarik dan didorong hingga putus.

3. Penyerbukan Bantuan
Penyerbukan bantuan dilakukan 1 bulan setelah kastari dihentikan dan diakhiri setelah tanaman berumur 7 tahun. Penyerbukan buatan ini dilakukan setiap 3 hari sekali. Pelaksanaannya, areal penyerbukan bantuan dibagi 3 seksi, A pada hari senin, B selasa, C rabu, dan seksi A lagi pada hari kamis.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang tanaman sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik secara kuantitas maupun kualitas.

5. Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan hasil produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar 40-60% dari biaya pemeliharaan keseluruhan. Hasil penelitian menunjukan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata biasa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman.

6. Tunasan
Tunasan berarti membuang atau memangkas daun yang berada dibawah buah. Tujuannya adalah membersihkan tanaman supaya pollen mudah membuahi putik, memudahkan pekerja mengambil buah masak, secara fisiologis daun tua dibagian bawah sudah tidak efektif berfotosintesis.
E. Pemanenan
1. Pemungutan Hasil
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini diebabkan adanya proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak dalam buah mencapai maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandanya. Asam lemak bebas dalam buah akan terus naik. Ciri-ciri tandan buah masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang brondol dari tandannya, tidak ditentukan oleh warna buahnya.

2. Taksasi atau Perkiraan Produksi
Penjualan produk kelapa sawit, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dilakukan dengan sistim kontrak. Bagi pemilik perkebunan berupa kontrak penjualan, sedangkan bagi peruasahan konsumen berupa kontrak pembelian. Kontrak jual beli ini dibuat 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan kepada pembeli. Karena itu, pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperkirakan hasil produksinya. Hasil produksi untuk 6 bulan ke depan bisa ditaksir dengan rumus sebagai berikut ;
Y = a x b x c
Keterangan ;
a = Jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama 6 bulan.
b = Berat tandan rata-rata.
c = Persentase minyak terhadap berat tandan. Untuk CPO sebesar 20%.

3. Transportasi
Sistem jaringan jalan diperkebunan merupakan salah 1 faktor penting untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit ke pabrik. Pengangkutan buah harus dilakukan secepat mungkin. Buah yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (FFA) tidak tinggi. Ketersediaan transportasi ini tentunya sangat membantu kelancaran kegiatan operasional.



KESIMPULAN

Tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, telah menyebar keseluruh Negara beriklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup tinggi dan sangat penting di Indonesia. Serta cara budidaya yang tepat, membuat propek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai Negara tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal maupun skala perkebunan rakyat.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim, ”Kursus Penyegar Produksi dan Manajemen Kelapa Sawit”, Lembaga Pendidikan dan Perkebunan Medan, 1986
______, “Pembangunan Penutup Tanaman Leguminosa di Perkebunan Kelapa Sawit”, Medan: Pusat Penelitian Marihat, 1982
Sastrosayono, Selardi, “Budidaya Kelapa Sawit”, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003

1 komentar: