Rabu, 31 Desember 2008

Budidaya Tanaman Kopi

BAB I
Pendahuluan
Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.
Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.
Sejak penemuan tumbuhan kopi tersebut kemudian seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu. Dari khasiat kopi tersebut akhirnya membawa kemakmuran bagi pemilik-pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia tanaman minuman beraroma khas itu ditanam.
Banyaknya khasiat yang didapat dari kopi, sehingga penyebarannya cukup pesat terutama di benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi telah dikenal pada abad kesepuluh. Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai di negara pizza tersebut.
Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan sebagai minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Meskipun perkembangan kopi begitu pesat pada abad-abad itu tetapi orang-orang Arab telah lebih dulu memonopolinya sebagai tanaman, dan mereka hanya mengekspor kopi yang sudah digoreng atau digonseng.
Sedangkan penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi.
Kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan, melalui sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor. "Bahkan kopi arabika yang semula ditanam di Brasil (negara produsen kopi terbesar di dunia) konon bibitnnya berasal dari Pulau Jawa," ungkap Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur Mudrig Yahmadi.
Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.
Meskipun demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh).
Perjalanan kopi bukan begitu saja menjadi salah satu minuman dunia yang disenangi. Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan bahwa minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi.
Bahkan, tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk minta cerai.
Di Swedia, konon Raja Gustaff ke II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang saudara kembar. Yang satu hanya dizinkan meminum kopi dan yang satu lagi diizinkan hanya teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun.
Sejak itu orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi paling fanatik yang ada di dunia, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per tahun dibanding dengan di Indonesia yang hanya 0,6 kg per tahun.
Begitu bergengsinya minuman kopi ini, hingga Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.

\BAB II
Pembahasan
KOPI
Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.
Areal Tanam
Kopi arabika (Coffea arabica)
Kopi dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 700-1700 m dpl, suhu 16-20 ° C, beriklim kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut.ke unggulan dari kopi arabika peka terhadap penyakit HV, terutama bila ditanam di daerah kurang dari 500 dpl.
Kopi Robusta
kopi robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl,dengan temperatur 21-24° Cdan dengan jumlah bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika.

Budidaya
Dalam memilih penanaman bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain;
• Produktivitas
• Kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika)
• Ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit
Ada puncara budidaya kopi Arabika dan Robusta dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:


Kopi Arabika
Untuk keperluan budidaya kopi Arabika biasanya dilakukan dengan cara membuat bibit generatif (bibit semai), dan kopi Arabika tidak memerlukan cara vegetatif, kecualiuntukkebutuhanpenelitian.
Kopi Robusta
Sedangkan kopi robusta budidayanya biasa dilakukan secara dengan cara mengembangkan bibit vegetatif yaitu bibit cangkokan, sambungan, okulasi dan stek. Bibit yang diperoleh dari pihak lain, sebaiknya tidak langsung ditanam agar bibit tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.
Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama)
Hama dan Penyakit
Adapun hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi adalah:
Hama yang menyerang tanaman kopi antara lain:

1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei)
2. Penggerek cabang cokelat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus)
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri)
4. Kutu lamtoro (Ferrisia virgata)
5. Nematoda Akar
6. Kutu loncat (Heteropsylla sp.)

Penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi antara lain:

1. Penyakit Karat daun
2. Jamur upas
3. Akar hitam dan akar cokelat
4. Bercak daun
5. Mati ujung
6. Embun jelaga
7. Bercak hitam pada buah







Pola Produksi Kopi
1. Periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Selama 3 tahun pertama, tanaman kopi biasanya belum menghasilkan atau dikenal sebagai periode TBM. Tanaman baru menghasilkan biasanya pada tahun ke empat dan diperkirakan dapat berumur sampai 30 tahun apabila dirawat dengan baik.
2. Periode Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan "tanaman hari pendek" (short day plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek (yang dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam). Pola panen tanaman ini di Indonesia dapat dilihat pada masa panen.
3. Pola Panen
Pola panen tanaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain cuaca, musim dan terutama curah hujan. Masa panen di daerah basah dimana hujan turun sepanjang tahun biasanya lebih lama, dibandingkan masa panen di daerah kering yang produksi tertinggi pada masa puncak panen.
4. Fluktuasi Panen
Tanaman kopi termasuk tanaman yang mengalami satu kali masa panen selama dua tahun. Penurunan produksi tanaman ini yang merupakan konsekuensi sifat alaminya dapat mencapai 20 hingga 60 %, tergantung pada kondisi kesehatan tanaman tersebut. Dengan fenomena seperti ini, jika kita ingin membandingkan produktifitasnya dari satu masa panen ke masa panen yang lain, maka harus diambil tiap 2 tahun, sebagai contoh, membandingkan produksi panen pada tahun ke-4 dengan tahun ke-6, dan bukan membandingkannya dengan tahun ke-5. Dengan metode ini kita mendapatkan produksi rerata per dua tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesimpulan yang menyesatkan.

Masa Panen
Disebelah selatan garis katulistiwa, hari pendek berlangsung antara tgl 21 Maret hingga tgl 23 September, sedang di sebelah utara katulistiwa antara tgl 23 September hingga tgl 23 Maret tahun berikutnya.Sebagian besar tanaman kopi di Indonesia terletak di sebelah selatan katulistiwa, seperti di Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.
Di daerah-daerah ini tanaman membentuk bunga dalam periode antara akhir Maret hingga akhir September. Dan oleh karena bunga tersebut memerlukan waktu hampir 1 tahun untuk menjadi buah masak, maka masa panen di daerah tersebut juga jatuh dalam periode yang sama tahun berikutnya, dengan puncak panen pada bulan Juli - Agustus.
Sebaliknya di sebelah utara katulistiwa, yaitu di Sumatera Utara dan Aceh, bakal bunga terbentuk dalam periode antara akhir September hingga akhir Maret tahun berikutnya, sehingga masa panennya juga jatuh dalam periode tersebut, dengan puncak panen pada bulan Desember - Januari.
Proses Produksi Kopi
Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam proses, antara lain:
1. Proses kering
Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari. Baru setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang (berwarna merah).

2. Proses basah
Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga mereka tidak tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut.



BAB III
Penutup
Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.
Banyaknya khasiat yang didapat dari kopi, sehingga penyebarannya cukup pesat terutama di benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi telah dikenal pada abad kesepuluh. Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai di negara pizza tersebut.
Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.
Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.

TANAMAN TAHUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis Giuneensis Jack)

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas pertanian yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi Negara setelah karet dan kopi. Maka dari itu kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk membantu kita memahami lebih dalam tentang budidaya kelapa sawit.

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah cakupan ilmu dan pemahaman tentang budidaya dan pengolahan kelapa sawit yang disajikan secara ilmiah kepada mahasiswa sendiri, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Mengenal kelapa Sawit
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia).
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi.
Minyak nabati yang dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun, baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan baker alternatife (minyak diesel).

B. persiapan Lahan
sebelum memutuskan membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit, perlu diketahui dulu kesesuaian lahannya. Kriteria kesesuaian lahan erat kaitanya dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.
1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
a. Curah Hujan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah diatas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari 5.000 mm per tahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik.

b. Penyinaran Matahari
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyokai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang.

c. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit

2. Teknik Pembukaan Lahan
a. Cara Mekanis
Pemnukaan lahan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor. Mula-mula,tunggul-tunggul kayu ditunmbangkan dengan buldoser dan didorong sampai tepi jurang. Tujuan penempatan pohon ditepi jurang untuk menghalangi mengalirnya topsoil (tanah bagian atas) kedalam jurang jika terjadi hujan. Setelah itu, tanah yang datar dicangkul dengan traktor. Lahan yang kemirigannya lebih dari 18% tidak ditraktor karena dikhawatirkan terjadi erosi ketika hujan atau traktornya bisa terguling. Pencangkulan dilakukan sebanyak 6 kali dengan arah ke-utara, timur, timur tenggara, barat daya, selatan, barat. Masing-masing pencangkulan dilakukan 2 kali dengan arah sebaliknya. Setiap langkah pencangkulan dilakukan dengan jarak waktu 3 minggu pada musim kemarau (dimulai bulan Maret dan harus sudah selesai bulan Agustus). Pencangkulan pada musim hujan tidak bermanfaat karena alang-alang dan gulma tidak mati.



b. Cara Kimia
Persiapan lahan dengan bahan kimia dilakukan pada areal lahan berupa padang ilalang atau lahan-lahan yang kemiringannya lebih dari 18%. Penyemprotan bahan kimia dilakukan pada musim kemarau. Bahan kimia yang dipakai adalah bahan yang bersifat sistemik, seperti Bustofan, Dowpon, dan Dalapon. Bahan kimia yang berbentuk padat dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,12-0,15%. Sementara itu, bahan kimia yang berbentuk cair (Round Up) dicampur air dengan konsentrasi 0,12%. Penyemprotan bahan kimia dilakukan 3 kali. Setiap penyemprotan berjarak 3 minggu. Dengan 3 kali penyemprotan diharapkan semua rizoma (akar tinggal) alang-alang akan mati. Pemakaian larutan sistemik dilakukan dengan dosis sekitar1.500 liter per hektar.

3. Pemasangan Ajir
Ajir adalah kayu atau bambu yang ditancapkan ditempat-tempat yang akan ditanami tanaman kelapa sawit. Ajir ini sebagai tanda bagi kontraktor atau buruh untuk membuat lobang tanam. Jarak tanam yang dipakai 9 x 9 x 9 meter dengan pola segitiga sama sisi sehingga dalam satu hektar ada 142 tanaman. Barisan dibuat dari arah utara ke selatan, kecuali dilereng-lereng garis dan puncak-puncak gunung yang curam dibuat searah kontur. Pemasangan ajir ini tidak mudah karena selainmemperhatikan kelurusan barisan tanaman, juga serongannya. Pemsangan ajir disisi timur atau barat sebagai patokannya.

4. Menanam Tanaman Penutup Tanah (Cover crop)
Penanaman tanaman penutup tanah, baik yang dilakukan sebelum maupun sesudah bibit ditanam, merupakan usaha yang sangat dianjurkan di perkebunan kelapa sawit. Jenis tanaman penutup tanah biasanya dipilih dari jenis kacang-kacangan (legume). Tanaman penutup tanah bermanfaat sebagai penghindar tanah dari bahaya erosi, guguran daun dan bintil akarnya bisa memberi tambahan unsur Nitrogen (N) pada tanah dan sebagai bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan alang-alang dan gulma lain, dapat menghisap banyak air agar pada lokasi rendah tanahnya kering.



C. Pembibitan dan Penanaman
1. Proses Pembibitan
Benih kelapa sawit memiliki kulit yang tebal. Karena itu, perlu persiapan yang lama untuk mengecambahkannya. Setelah buah yang masak dipanen, tandan buah dipendam (fermentasi I) selama 3 hari supaya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lagi selama 3 hari (fermentasi II).
Selama fermentasi I dan II, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah daging dalam sabut membusuk, bijinya dipisahkan dari daging buah dan serat. Setelah terpisah, biji dikeringkan dan disimpan selama 2 bulan untuk mematahkan dormansi. Setelah itu, biji dikecambahkan. Biji kelapa sawit akan berkecambah selama 2-3 bulan.

2. Proses Penanaman di Lapangan
Penanaman kelapa sawit di lapangan sangat penting, karena akan menentukan produksi dan kelangsungan hidup tanaman. Penanaman di lapangan dilkukan setelah bibit berumur 12 tahun. Dengan tahapan yaitu pembatan lubang tanam, pempukan dasar, dan terakhir penanaman bibit kelapa sawit yang dilakukan pada bulan Oktober dan sudah harus selesai pada akhir bulan Februari. Pada bulan Oktober, hujan sudah mulai turun sehingga tanaman tidak kekurangan air. Sementara itu, pada bulan Februari juga masih ada hujan.

D. Pemeliharaan
1. Pengandalian Gulma
Gulam dikelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Alasannya, gulma akan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit.
2. Kastari (Cuci Bunga)
Kastari merupakan istilah di perkebunan kelapa sawit yang artinya membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa sawit muda atau TMB (tanaman belum menghasilkan). Secara fisiologis, kastari menguntungkan karena semua hasil fotosintesis akan terslurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang pohon kelapa sawit tetap tegap dan sehat. Alat kastari berupa besi penjepit yang diberi tangkai. Caranya, bunga dijepit, lalu ditarik dan didorong hingga putus.

3. Penyerbukan Bantuan
Penyerbukan bantuan dilakukan 1 bulan setelah kastari dihentikan dan diakhiri setelah tanaman berumur 7 tahun. Penyerbukan buatan ini dilakukan setiap 3 hari sekali. Pelaksanaannya, areal penyerbukan bantuan dibagi 3 seksi, A pada hari senin, B selasa, C rabu, dan seksi A lagi pada hari kamis.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang tanaman sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik secara kuantitas maupun kualitas.

5. Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan hasil produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar 40-60% dari biaya pemeliharaan keseluruhan. Hasil penelitian menunjukan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata biasa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman.

6. Tunasan
Tunasan berarti membuang atau memangkas daun yang berada dibawah buah. Tujuannya adalah membersihkan tanaman supaya pollen mudah membuahi putik, memudahkan pekerja mengambil buah masak, secara fisiologis daun tua dibagian bawah sudah tidak efektif berfotosintesis.
E. Pemanenan
1. Pemungutan Hasil
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini diebabkan adanya proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak dalam buah mencapai maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandanya. Asam lemak bebas dalam buah akan terus naik. Ciri-ciri tandan buah masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang brondol dari tandannya, tidak ditentukan oleh warna buahnya.

2. Taksasi atau Perkiraan Produksi
Penjualan produk kelapa sawit, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dilakukan dengan sistim kontrak. Bagi pemilik perkebunan berupa kontrak penjualan, sedangkan bagi peruasahan konsumen berupa kontrak pembelian. Kontrak jual beli ini dibuat 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan kepada pembeli. Karena itu, pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperkirakan hasil produksinya. Hasil produksi untuk 6 bulan ke depan bisa ditaksir dengan rumus sebagai berikut ;
Y = a x b x c
Keterangan ;
a = Jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama 6 bulan.
b = Berat tandan rata-rata.
c = Persentase minyak terhadap berat tandan. Untuk CPO sebesar 20%.

3. Transportasi
Sistem jaringan jalan diperkebunan merupakan salah 1 faktor penting untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit ke pabrik. Pengangkutan buah harus dilakukan secepat mungkin. Buah yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (FFA) tidak tinggi. Ketersediaan transportasi ini tentunya sangat membantu kelancaran kegiatan operasional.



KESIMPULAN

Tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, telah menyebar keseluruh Negara beriklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup tinggi dan sangat penting di Indonesia. Serta cara budidaya yang tepat, membuat propek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai Negara tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal maupun skala perkebunan rakyat.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim, ”Kursus Penyegar Produksi dan Manajemen Kelapa Sawit”, Lembaga Pendidikan dan Perkebunan Medan, 1986
______, “Pembangunan Penutup Tanaman Leguminosa di Perkebunan Kelapa Sawit”, Medan: Pusat Penelitian Marihat, 1982
Sastrosayono, Selardi, “Budidaya Kelapa Sawit”, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003